REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti Pendidikan Islam dan Demokrasi, Khoirun Niam, melihat perkembangan intelektual Muslim sekarang mengalami perubahan orientasi dibanding intelektual Muslim pada masa orde baru.


Menurutnya, pada konteks kekinian sosok tokoh intelektual yang muncul dari lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilihat secara konkrit peran dan kiprahnya seperti pada 1970an hingga 1980an.

“Karena stabilitas politik tidak ada masalah, secara ideologis juga tidak ada gejolak kemudian secara profesional mereka sudah masuk struktur-struktur profesional yang sudah jelas, akhirnya yang disebut sebagai intelektual Muslim sekarang ini tidak mempunyai gaung dan peran yang begitu konkrit,” ujar dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel ini saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/11).

Khoirun memaparkan pada masa orde baru, para intelektual ditekan oleh kondisi pembungkaman suara-suara demokrasi. Peran-peran kaum Muslim pada saat itu mengalami marginalisasi baik dalam kehidupan pemerintahan maupun dalam kehidupan politis.

Kondisi tersebut memunculkan daya dorong masyarakat yang sudah terdidik dan sadar akan peran serta fungsinya dalam menyuarakan aspirasi.


Khoirun mengatakan tekanan tersebut tidak dialami pada saat sekarang ini. Kondisi ini bisa dilihat sebagai sisi positif dari perkembangan demokrasi.

Namun, di sisi lain ada tantangan yang harus dihadapi para intelektual. Kondisi ini akan memaksa orientasi intelektualisme masuk ke wilayah-wilayah yang bersifat praktis dan wilayah-wilayah konkrit di dalam kehidupan masyarakat.

Kini, para intelektual semakin disibukkan dengan aktivitas akademis yang menjadi ukuran keberhasilan dalam menempuh pembelajaran. Padahal, Khoirun menilai pendidikan pada dasarnya tidak hanya berupa pengetahuan kognitif dan nilai-nilai yang ada di kertas. Pendidikan adalah pendewasaan yang kritis terhadap realitas sosial serta peka terhadap permasalahan-permasalahan konkrit.

Khoirun menilai kelembagaan pendidikan Islam sekarang ini terlalu terninabobokkan oleh tugas-tugas akademis. Banyak lembaga yang dibangun di kampus-kampus terlalu memberikan kemudahan dalam pendidikan. 

“Ini menjadi suatu tantangan untuk memunculkan sosok kritis terhadap dinamika sosial yang terjadi. Tantangan-tantangan itu harus dihadapi oleh dunia mahasiswa dan dunia akademis sekarang. Orientasinya sekarang mengisi bukan lagi merebut atau memperluas,” ujar Khoirun.


Sumber :
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/11/15/nxu7q5366-intelektual-muslim-kini-terninabobokan-aktivitas-akademis