Sakirman berhasil menyelesaikan studi doktoral di Pascasrjana UIN Walisongo Semarang pada Senin, 12 Oktobrt 2020. Dosen IAIN Metro ini menempuh studi selama 3 tahun 4 bulan dan meraih predikat “cumlaude” dengan IPK 3.85. Disertasi yang dipertahankan pada sidang ujian terbuka berjudul “Telaah Fisis Hilal dan Cahaya Syafak Implikasinya pada Visisbilitas Hilal”.

Sakirman menguri benang kusut terkait dengan rukyatulhilal. Menurutnya, rukyatulhilal terkait dengan masalah kontras antara cahaya hilal yang redup dan cahaya syafak yang masih cukup kuat pada saat posisi hilal yang rendah. Cahaya syafak disebabkan oleh hamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Sedangkan cahaya hilal berasal dari pantulan cahaya matahari oleh permukaan bulan. Ketika posisinya yang rendah, hilal sulit untuk diamati karena cahya hilal kalah terang dengan kemilaunya cahaya syafak. Keberhasilan rukyatulhilal masih dipengaruhi oleh faktor penganggu yang bersifat permanen yaitu masalah beda kontras antara cahaya hilal dengan cahaya syafak. Maka seorang perukyat yang berkualifikasi harus mengeliminasi terlebih dahulu kemungkinan sumber cahaya syafak di kaki langit atau ufuk bagian barat. Mata seorang pengamat memiliki keterbatasan saat mengenali hilal dengan kontras rendah. Dengan posisi hilal yang cenderung rendah, maka perlu proses optimasi untuk menentukan kapan waktu terbaik agar objek berupa hilal dapat diamati, dengan cara menunggu kondisi ufuk agar cukup gelap, sebelum hilal terbenam.

Sakirman, menawarkan solusi alternative untuk mengatasi masalah rukyatulhilal yaitu model fotometri. Menurutnya, mendeteksi keberadaan sabit hilal dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengolah data rukyat. Model fotometri berfungsi menentukan sumber cahaya paling kuat setelah cahaya syafak dieliminasi. Dengan cara membuat plot konfigurasi cahaya hilal pada citra hilal setelah dilakukan stacking atau penumpukan. Selain model fotometri, Sakirman juga menawarkan solusi alternative melalui disertasinya yaitu model matematis visibililtas hilal dengan memanfaatkan model visibilitas hilal Kastner (1976) yang secara konsisten mampu memberikan prediksi visibilitas hilal dan sesuai dengan hasil pengamatan yang ditandai dengan dicapainya nilai maksimum visibililtas hilal. Nilai visibilitas hilal positif berarti hilal dapat diamati dengan syarat bebas aerosol dan polutan. Serta nilai kecerlangan cahaya hilal melampaui nilai kecerlangan cahaya syafak.

Rekoemndasi yang ditawarkan oleh Sakirman dalam disertasinya ditujukan pada para praktisi rukyat agar lebih mengutamakan analisis fisis hilal berdasarkan interpretasi operasional sains astronomi dan mengesampingkan dikotomi hisab-rukyat berdasarkan dalil syar’i. Dengan demikian, semakin banyak praktisi rukyat yang menguasai teknik pengamatan dan perhitungan astronomi. Sehingga teknik pengamatan hilal dapat terus diperbaiki dan dikembangkan dengan demikian fatwa yang dikeluarkan melalui ikhbar penetapan awal bulan hijriah dapat diterjemahkan secara sinkron dan ilmiah berdasarkan fenomena fisis hilal.

Prof. Dr. H. Thomas Djamaluddin, M.Sc selaku Promotor mengapresiasi disertasi yang ditulis oleh Sakirman. Menurutnya, topik disertasi ini cukup berat tapi promovendus mampu menyelesaikannya dalam waktu yang singkat bahkan sampai memperoleh predikat “cumlaude”. Pesan yang disampaikan terus berkiprah di masyarakat dengan menjelaskan masalah yang dikaji dengan bahasa awam karena seorang doktor harus mampu menyelesaikan masalah yang rumit menjadi terang benderang.

Atas nama civitas Akademika Pascasarjana UIN Walisongo Semarang mengucapkan selamat kepada Dr. Sakirman, M.S.I atas pencapaian gelar doktor (S3) di Pascasarjana UIN Walisongo Semarang bidang ilmu Studi Islam dengan konsentrasi Ilmu Falak. Semoga dapat mengamalkan ilmunya untuk kemajuan nusa, bangsa dan agama. (maola).

Sumber: http://pasca.walisongo.ac.id/?p=4044