Prediksi awal Ramadan dan Syawal 1446 H dapat ditentukan melalui analisis visibilitas hilal dengan menggunakan model Kastner, yang mengintegrasikan parameter kecerahan langit, posisi Bulan, serta kondisi atmosfer. Model ini membantu memperkirakan peluang terlihatnya hilal dengan pendekatan yang ilmiah dan sistematis.
Untuk awal Ramadan 1446 H, posisi hilal setelah Matahari terbenam menjadi faktor krusial. Berdasarkan perhitungan model Kastner, hilal diprediksi berada pada elongasi tertentu yang memungkinkan kemunculannya memenuhi kriteria visibilitas. Namun, tingkat keberhasilan rukyat sangat bergantung pada kondisi atmosfer, seperti transparansi udara dan tingkat polusi cahaya. Jika langit cerah dan bebas gangguan, hilal memiliki kemungkinan besar untuk dapat terlihat. Sebaliknya, jika terjadi gangguan atmosfer, seperti kelembapan tinggi atau polusi cahaya yang signifikan, peluang untuk melihat hilal akan menurun.
Dengan asumsi visibilitas yang memadai, awal Ramadan diperkirakan akan dimulai keesokan harinya setelah hilal teramati, mengikuti prinsip syar'i bahwa penentuan awal bulan hijriah dilakukan berdasarkan rukyat atau istikmal (menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari).
Model Kastner menawarkan pendekatan yang presisi dengan memperhitungkan dinamika atmosfer, posisi astronomis hilal, serta faktor-faktor lainnya yang memengaruhi visibilitas. Model ini sangat bermanfaat dalam memberikan panduan bagi para astronom, ahli fikih, dan lembaga terkait untuk menentukan awal bulan hijriah secara akurat.
Kesimpulannya, prediksi awal Ramadan dan Syawal 1446 H menurut visibilitas hilal model Kastner memberikan gambaran ilmiah tentang peluang observasi hilal. Namun, keputusan resmi tetap berada di tangan otoritas keagamaan yang mempertimbangkan hasil rukyat dan pendekatan hisab berdasarkan kriteria yang telah disepakati.