A.
PENDAHULUAN
Sebagai makhluq hidup manusia tidak
luput dari berbagai aktifitas dan peristiwa-periswa, baik yang bersifat penting
atau pun yang biasa saja, namun semua itu tidak luput dari keterkaitan dengan
waktu dan tempat, kemudian untuk mengingat sebuah peristiwa atau pun
merencanakan aktifitas maka perlu adanya waktu tertentu yang khusus agar dapat
dijadikan pendoman dan aktifitasnya itu.
Sejak ribuan tahun silam,
kalender telah diciptkan oleh manusia, karena memang membutuhkannya,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh bangsa mesir telah membuat kalender
matahari sekitar tahun 4221 SM, pada saat itu tahun matahari terdiri dari 365
hari terbagi kedalam 12 bulan dan masing-masing terdapat 30 hari kedian
ditambah 5 hari sebagai pesta perayaan tahunan[1].
Pada saat sekarang terdapat berbagai
macam kalender di dunia, sedangkan di Indonesia untuk saat ini berlaku 5 macam
kalender, di antaranya : Kalender Hijriyah, Masehi, Caka Bali, Saka Jawa (asapon/aboge),
dan Kalender China. dan semua kalender itu memiliki sistematika sendiri-sendiri
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik nama bulannya ataupun
ataupun umur dalam masing-masing bulannya.
Dalam makalah ini akan dibahas kalender
dua macam kalender saja, yaitu kalender Masehi dan Hijriyah, yang mana kalender
berlaku paling umum dikalangan masyarakat Indonesia.
B.
KALENDER
MASEHI
Kalender masehi termasuk dalam kategori
kalender matahari (solar kalender) karena dalam penentuan panjang satu
tahunnya menggunkan siklus matahari, yaitu siklus matahari saat melewati titik vernal
equinok dua kali berturut-turut. Pembuatan kalender Masehi ini juga
berdasarkan pada siklus tropis matahari karna adanya kepentingan manusia secara
umum akan kalender yang seirama dengan keadaan alam. Sehingga mereka dapat
mengetahui kapan musim tanam, musim panen dan lain sebagainya dengan melihat
kalender[2].
Berdasarkan pengamatan astronom barat,
siklus matahari ini ternyata tidak tetap atau bisa dikatakan bersifat variatif
dalam satu tahunnya, yang mana pada mulanya kalender ini di awali dengan
munculnya rasi bintang aries pada tanggal 24 Maret, namun pada tahun 325 M rasi
bintang aries sudah muncul pada tanggal 21 maret, sehingga tanda awal
perhitungannya berubah menjadi tanggal 21 maret[3],
kemudian pada tahun 1582 seorang astronom melihat rasi bintang aries sudah
muncul pada tanggal 11 maret, sehingga disimpulkan dari tahun 325 M sampai
tahun 1582 M terjadi keterlambatan 10 hari. sehingga pada kalender masehi ini sering
terjadi perubahan dalam penentuan tanggalnya, perubahan itu tentu berdasarkan
siklus matahari yang berubah dari awal ditentukannya.
Dalam perkembangannya kalender Masehi
mengalami reformasi dua kali, reformasi pertama dilakukan pada masa Julius
caesar yang kemudian hasilnya dikenal dengan nama Kalender Julian, sedangkan
reformasi kedua dilakukan oleh Paus Gregory VIII yang kemudian hasilnya dikenal
dengan nama Kalender Gregori. Pada makalah ini akan membahas proses reformasi
mulai dari kalender julian hingga kalender Gregori.
1.
Kalender
Julian
Kalender Masehi yang
dipakai dunia sekarang adalah kalender Gregori, tetapi ada juga yang masih
memakai kalender Julian terutama di gereja-gereja Orthodox negara Yerussalem,
Rusia dan Serbia. Bahkan untuk perayaan hari Paskah dan hari raya yang
berhubungan dengan Paskah; hampir semua gereja Orthodox masih menggunakan
kalender Julian. Sehingga berdasarkan beberapa alasan inilah kemudian kami
berinisiatif untuk menerangkan kalender Julian beserta hari-hari perayaan
kristen Orthodox.
a.
Sejarah
Kalender Julian
Kalender Julian ini
sebenarnya merupakan pengembangan dari kalender yang digunakan bangsa Romawi
kuno yang dilakukan oleh Julius Caesar (45 SM). Sedangkan kalender Romawi itu
sendiri sebenarnya sudah digunakan sekitar abad ke-7 SM oleh pendiri Romawi
yaitu raja Romulus. Dimana pada saat itu setahun terdiri atas 10 bulan yaitu :
1. Martius
(31)
2. Aprilis
(30)
3. Maius (31)
4. Junius
(30)
5. Quintilis
(31)
|
6. Sextilis
(30)
7. Septalis
(31)
8. Octolis
(31)
9. Novelis
(30)
10. Decemberis
(31)
|
dan ditambah 2 bulan tanpa nama pada
musim dingin. Raja berikutnya, Numa Pompilius, menamakan dua bulan tanpa nama
tersebut dengan Iannarils (Januari) dan Februarias (Pebruari) dan menjadikan
bulan Januari sebagai bulan pertama dalam kalender Romawi serta memindahkan
bulan Februarias menjadi bulan ke-12. Kemudian Pada tahun 452 SM bulan
Februarias dipindahkan sebagai bulan ke-2, sehingga susunan kalender menjadi sebagaimana berikut :
1.
Ianuarius
2.
Februarius
3.
Martius
4.
Aprilis
5.
Maius
6.
Iunius
|
7.
Quintilis
8.
Sextilis
9.
September
10. October
11. November
12. December
|
Sebenarnya, asal
muasal Kalender Romawi tersebut termasuk kalender Bulan (Lunar Calendar),
dimana umur bulan rata-rata 29-30, sehingga dalam setahun terdapat 354-355 hari
yang berarti ada keterpautan antara panjang siklus tropis matahari sebesar
10-11 hari pertahun. Setelah berlangsung cukup lama mereka punya pemikiran
bagaimana agar kalender Romawi bisa mengikuti irama dari perubahan musim
(siklus tropis), Kemudian ditetapkanlah adanya penambahan bulan yang dilakukan setiap
2-3 tahun sekali. Sehingga kalender Romawi menjadi lunisolar Calendar setelah
diadakan penambahan bulan tersebut. Panjang bulan tambahan ini dihitung oleh
sekelompok pendeta tinggi yang disebut sebagai Pontiffs yang diketuai
oleh seorang Pontifex maximus. Para Pontiff adalah pegawai
negeri yang bertanggung jawab atas pengaturan berbagai masalah keagamaan
tertentu, termasuk penentuan tanggal untuk upacara- upacara dan pesta-pesta.
Sekalipun
sudah diadakan bulan sisipan supaya kalender Romawi seirama dengan siklus
tropis matahari, tetapi masih banyak kesalahan atau ketidakcocokan, diantaranya
pada saat matahari melewati titik vernal equinok (25 Maret); itu sudah
melesat. Pada saat Juliaus Caesar berkuasa dan ditunjuk sebagai pontifex
Maximus 63 SM, kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang
seharusnya.
Ketika Julius Caesar mengadakan kunjungan ke Mesir tahun 47
SM, ia sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk
memperpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari. Sehingga dengan tambahan hari
sebanyak itu kalender Romawi diharapkan bisa sesuai dengan keadaan musim
(Siklus tropis matahari).
Sekembalinya ke Roma tepatnya pada tahun 45 SM Julius Caesar
mereformasi kalender Romawi tersebut dengan bantuan Sosigenes, seorang astronom
Yunani dari Alexandria. Kalender Romawi yang asalnya Lunisolar Calendar diubah
menjadi Solar Calendar, sehingga penggunaan Lunar Month dan bulan tambahan pada
Kalender Romawi tidak digunakan lagi. Satu tahun pada kalender ini ditetapkan
menjadi 365 hari kecuali pada tahun kabisat yang terjadi setiap 4 tahun sekali
memiliki jumlah hari 366 hari. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan jumlah hari
rata-rata dalam setahun dengan panjang siklus tropis matahari yang dihitung
oleh Sosigenes yaitu 365,25 hari. Sedangkan urutan bulan seperti semula yaitu
dimulai dari Iannarils, Februarias, Martius, Aprilis, Maius, Iunius, Quintilis,
Sextilis, September, October, November dan December.
Untuk mengembalikan posisi titik vernal equionok ke
tanggal 25 Maret yang pada saat itu sudah bergeser, Julius menambahkan 90 hari
dengan perincian; 23 hari pada bulan Pebruari dan menambah 67 hari antara bulan
November dan Desember. Rupanya ini merupakan tahun terlama dalam sejarah. Namun
adanya kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun Romawi menjadi cocok
dengan musim.
Panjang dari
setiap bulan pada kalender Julian ditetapkan sebagai berikut: Pada bulan ganjil
memiliki panjang 31 hari dan bulan genap 30 hari, kecuali bulan Pebruari
memiliki panjang 29 hari pada tahun Basitoh dan 30 hari pada tahun Kabisat. Hari tambahan tersebut ditambahkan diantara tanggal 24 dan
25. Dengan demikian hari tambahan tersebut menjadi hari ke-25 dalam bulan
Pebruari, atau 6 hari sebelum bulan Maret. Hari tambahan tersebut dikenal
dengan nama Bissextum dan tahun kabisat tersebut disebut tahun Bissextile.
Nama Bissextum tersebut berasal dari perhitungan hari
dalam satu bulan dengan titik perhitungan sebagai berikut:
1.
Kalends, merupakan hari pertama dalam suatu bulan, dan rutin
digunakan untuk pembayaran hutang. Hal ini menimbulkan istilah kalendarium
untuk suatu buku keuangan. Istilah tersebut yang kemudian menghasilkan istilah
kalender.
2.
IIdes, Merupakan hari ke-13 dalam suatu bulan, kecuali untuk
bulan Martius (maret), Maius, Quintilis dan October merupakan hari ke-15.
3.
Nones, merupakan hari ke-8 sebelum Ides, yaitu hari ke-5
atau ke-7.
Perhitungan hari
tersebut dilakukan berdasarkan titik perhitungan didepannya. Dengan demikian ,
tanggal 25 Martius dihitung sebagai VI Kalends Martius.
Penggunaan aturan tahun kabisat oleh Julian tidak langsung
digunakan pada masa awal penggunaan kalender tersebut. Karena kesalahan
perhitungan, setiap tahun ke-3 merupakam tahun kabisat. Berikut ini adalah
urutan tahun kabisat dimulai dari tahun 45 SM, sebagai permulaan kalender Julian
ini: 45 SM, 42 SM, 39 SM, 36 SM, 33 SM, 30 SM, 27 SM, 24 SM, 21 SM, 18 SM, 15
SM,12 SM, 9 SM, 8 M. Dengan demikian, tidak ada tahun kabisat diantar 9 SM dan
8 M. Kemudian setelah tahun 8 M, perhitungan tahun kabisat kembali normal.
Pada tahun 44 SM, Julius mengganti nama bulan Quintilis
menjadi bulan Julius (Juli) berdasarkan namanya. Kemudian pada tahun 8
SM, bulan Sextilis diganti menjadi Agustus berdasarkan nama kaisar
penerus Julius, yaitu kaisar Augustus. Kemudian, untuk menyamakan jumlah hari
pada bulan agustus tersebut dengan bulan Juli, satu hari dari bulan Pebruari
dipindahkan ke bulan Agustus, sehingga bulan Pebruari memiliki jumlah 28 hari
pada tahun Basitoh dan 29 hari pada tahun Kabisat. Karena 3 bulan dengan jumlah
hari 31 hari tidak boleh terjadi secara berurutan, maka bulan September dan
November dikurangi menjadi 30 hari, dan bulan Oktober serta Desember menjadi 31
hari.
Dalam
perkembangannya, hari tambahan pada bulan Pebruari dalam tahun Kabisat tidak
ditambahkan sebagai hari ke-25, akan tetapi ditambahkan sebagai hari ke-29. Sedangkan penggunaan satu minggu pertama kali digunakan oleh
kaisar Constantine I abad ke-4 M. Tepatnya pada tahun 321 M, dia mengeluarkan
maklumat yang memperkenalakan minggu yang terdiri dari 7 hari dalam kalender,
dengan demikian menghapus sistem Kalends, Ides dan Nones. Konstantin
menetapkan hari minggu sebagai hari pertama dalam satu minggu dan memisahkannya
dari yang lain sebagai hari ibadah umat Nasrani. Penggunaan satuan minggu
tersebut tidak berdasarkan fenomena alam. Bangsa Romawi menamakan hari dalam
satu minggu sebagai penghormatan bagi matahari, bulan dan planet-planet.
b.
Peraturan
dalam Kalender Julian
Permulaan kalender
dihitung sejak dari kelahiran Nabi Isa as. Tahun-tahun dalam kalender Julian
dibagi 2 macam yaitu tahun Basithoh / pendek (Common Year) dan tahun Kabisat /
panjang (Leap Year). Dalam 4 tahun sekali terdiri dari 3 tahun basitoh dan 1
tahun Kabisat. Panjang tahun basithoh adalah 365 hari sedangkan panjang
tahun kabisat adalah 366 hari dengan penambahan hari (Intercalary Day)
pada akhir bulan Februari[4]. Hal
ini dilakukan untuk menyesuaikan jumlah hari rata-rata dalam satu tahun dengan
panjang siklus tropis matahari yang dihitung oleh Sosigenes yaitu 365,25 hari.
Dimana setiap tahunnya kelebihan 0,25 hari, sehingga dalam 4 tahun akan
kelebihan 1 hari, Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender Julian beserta umurnya sebagai berikut :
1) Januari 31 hari 7) Juli
31 hari
2) Februari 28 hari * 8) Agustus
31 hari
3) Maret 31 hari 9) September 30
hari
4) April 30 hari 10)
Oktober 31 hari
5) Mei 31
hari 11) November 30 hari
6) Juni 30
hari 12) Desember 31 hari
* pada tahun kabisat bulan
Februari berumur 29 hari.
2.
Kalender
Gregori (Gregorian Calendar)
Kalender
Gregori pada saat ini merupakan kalender yang dijadikan standar internasional
untuk kehidupan sehari-hari, termasuk di Indonesia, bahkan untuk menentukan
beberapa perayaan misalnya hari proklamasi kemerdekaan RI yang diperingati
setiap tanggal 17 Agustus. Disamping untuk
mengatur kehidupan sehari-hari kalender masehi juga mengatur beberapa perayaan
dan hari penting ummat Kristen dan Katolik.
a.
Sejarah
Kalender Gregori
Sistem kalender Masehi
(Gregorian) yang sekarang digunakan, berakar dari sistem kalender Julian
yang merupakan perbaikan sistem kalender (penanggalan) Romawi. Reformasi
kalender ini dilakukan Julius Caesar pada tahun 45 SM dengan bantuan
seorang ahli matematika dan astronomi Alexandri yang bernama Sosigenes,
dengan mempergunakan panjang satu tahun syamsiah = 365,25 hari. Sistem kalender
ini kemudian terkenal dengan sistem kalender Julian.
Menurut konvensi dari kalender Julian, tahun yang habis di
bagi 4 adalah tahun kabisat (366 hari) dan yang lainnya adalah tahun Basithoh
(365 hari). Dalam sistem kalender Julian di temukan adanya pergeseran (semu)
sistematis kedudukan matahari terhadap titik Aries (sekarang titik Pisces) pada
tanggal yang sama setiap tahunnya, yaitu saat matahari melintasi ekuator langit
atau saat posisi matahari ke arah titik vernal equinok tidak dapat di
pertahankan pada tanggal tertentu (21 Maret). Setiap 128 tahun besarnya
pergeseran itu adalah 1 hari , hal ini di sebabkan karena perbedaan panjang 1
tahun kalender Julian (365,25 hari) dengan panjang 1 tahun tropis rata-rata
matahari (365,2422 hari) yaitu sebesar 0,0078 hari pertahun,
Menurut
Saaduddin Djambek dalam bukunya hisab rukyat bahwa bumi mengilingi matahari
selama 365,242199 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, masa itu
dinamakan satu tahun tropis[5].
Pergeseran
sistematik dalam kalender yang menggambarkan saat matahari menuju titik Aries
ini menyulitkan bagi yang berkeinginan mempunyai tanggal yang tetap untuk suatu
perayaan yang bersandar pada kalender matahari dan kedudukan matahari terhadap
titik Aries, terutama hari Paskah yang diatur jatuh pada hari minggu setelah
terjadinya saat oposisi urfi (Full Moon Ecclesiastical) pada tanggal 21
Maret atau setelahnya. Hal inilah salah satu
yang melatar belakangi reformasi yang dilakukan oleh Gregorius XIII di bantu
pendeta yang ahli matematika dan astronomi, Christoper Clavius. Mereka
mencanangkan pemutusan rantai kalender Julian pada kamis 4 Oktober 1582 dan
menyambungnya dengan kalender Gregorian Jum’at 15 Oktober 1582. Penyambungan 2
sistem kalender matahari ini menyebabkan jumlah hari pada bulan oktober 1582
berkurang 10 hari[6].
Pengurangan 10 hari ini karena pada saat Konsili Nicaea
pada tahun 325 M, titik vernal Equinok terjadi pada tanggal 21 Maret. Dengan
demikian pergeseran titik vernal Equinok yang terjadi pada tahun 1582 M sebesar
(1582 – 325) / 128 = 10 hari, artinya titik vernal equinok pada tahun
1582 terjadinya bukan pada tanggal 21 Maret tetapi pada tanggal 11 Maret,
sehingga dengan diadakan pemotongan 10 hari itu, diharapkan ketika matahari
melintasi titik vernal equinok pada tanggal 21 Maret lagi, Pergeseran Matahari ini dari titik vernal equinok
kembali lagi ke vernal equinok tahun berikutnya di sebut dengan diklinasi
matahari, Deklinasi positif mulai tanggal 21 Maret s/d tanggal 23 september,
dari tanggal 23 September sampai tanggal 21 Maret adalah deklinasif Negatif[7].
Sedangkan pemotongan yang dilakukan pada bulan Oktober atas
dasar pertimbangan: pada bulan tersebut tidak ada peringatan atau Hari Raya
penting dalam agama Kristen, sehingga tidak merepotkan.
Pada reformasi kalender Julian ini, yang kemudian dikenal
kalender Gregorian meniadakan tahun kabisat untuk tahun yang habis di bagi 100
tetapi tidak habis di bagi 400. Dengan aturan ini panjang satu tahun rata-rata
kalender Gregorian adalah 365,2425 hari, hanya saja kalender Gregorian ini
tidak langsung di terima oleh masyarakat dunia. Seperti yang terjadi di negara
Jerman, Belanda dan Denmark yang baru menerima kalender Gregori pada tahun
1700. Di Inggris penggunaan kalender Gregori dimulai pada tahun 1752 dengan meniadakan
tanggal 3 – 13 September 1972 (Rabu, 2 September 1752 dan keesokan harinya:
Kamis, 14 September 1752). Kalender ini baru di terima oleh seluruh masyarakat
dunia sekitar tahun 1920-an.
b.
Beberapa
peraturan kalender Gregori.
Peraturan dalam
kalender Gregori sama dengan peraturan dalam kalender Julian terkecuali dalam
penentuan tahun kabisat, dimana peraturan dalam kalender dalam Gregori
menyatakan : Tahun abad hanya kabisat kalau habis dibagi 400.
Sehingga tahun ke 100, 200 dan 300 yang menurut kalender
Julian merupakan tahun kabisat, kalau menurut kalender Gregori bukanlah tahun
kabisat karena tidak habis jika dibagi 400. Hal ini menyebabkan dalam 400 tahun
kalender Gregori hanya terdapat 97 tahun kabisat. Dengan demikian panjang satu
tahun kalender Gregori adalah 365,2425 hari. Asalnya dalam 400 tahun terdapat
303 tahun Basitoh dan 97 tahun Kabisat, jumlah harinya (365 x 303) + (366 x 97)
= 146097 hari, sehingga jumlah hari
sebanyak 146097 kalau dibagi 400 tahun akan menghasilkan panjang pertahun = 365,2425
hari.
Kalau dilihat panjang tahun Gregori tidak sama persis dengan
panjang tahun tropis (siklus tropis) pada tahun 2000 yaitu 365,2422 hari.
Umpama panjang siklus tropis tetap, keduanya akan berselisih sebesar 0,0003
hari per tahun atau 3 hari setiap 10000 tahun. Hal ini akan menjadi
permasalahan lagi di kemudian hari bagi yang berkeinginan mempunyai tanggal
yang tetap untuk suatu perayaan yang bersandar pada kalender matahari dan
kedudukan matahari terhadap titik vernal equinok, yaitu perayaan Paskah
yang diatur jatuh pada hari minggu setelah terjadinya saat oposisi urfi (Full
Moon Ecclesiastical) pada tanggal 21 Maret atau setelahnya. Jika suatu saat
kalender Gregori tidak di reformasi lagi, maka perayaan Paskah tidak akan
sesuai lagi dengan peraturan (definisi) yang mereka buat.
Akibat adanya
ketidaktepatan kalender Gregori dengan panjang satu tahun tropis, maka
bermunculanlah gagasan penyempurnaan sampai kepada reformasi, seperti yang
dilakukan oleh Astronom Delambre dari Prancis pada tahun 1814 mengusulkan
koreksi terhadap kalender Gregori dengan meniadakan tahun kabisat pada tahun
3600, 7200, 10800 dan seterusnya. Enccyclopedia Britanica pada tahun 1959 mengusulkan peniadaan
tahun kabisat pada tahun 4000 dan tahun yang habis dibagi 4000. Pram Viet
Trinh dari Departement of Physics and Astronomy Hanoi Pedagogical
Institute – Vietnam pada tahun 1993 mengusulkan jumlah tahun kabisat dalam
kurun waktu 10000 tahun sebanyak 2422 tahun. Dengan demikian, selisih hari
antara siklus tahun tropis matahari dan panjang satu tahun rata-rata dalam
kalender Matahari bisa mendekati nol, tepatnya 0,000001 hari tiap 10000 tahun
atau 1 hari setiap satu juta tahun.
365,242199 hari – [365 x (10000
– 2422)] + [366 x 2422] = 0,000001 hari.
10000
Lebih jauh lagi Pam
Viet Trinh juga mengusulkan reformasi bahwa sepekan terdiri dari 6 hari dan
tiap bulan terdiri dari 30 hari ditutup dengan bulan ke-4 terdiri dari 31 hari,
tahun basitoh 365 hari dan tahun kabisat 366 hari. Usul ini mirip dengan usul
yang pernah dikemukan oleh E.R. Hope pekerja Translation Officier dari The
Defence Research Board-Ottawa, Kanada, pada tahun 1963 dan 1964, dengan pola
bulan ke-3 terdiri dari 31 hari.
Usul lainnya dari Peter A. Peck, University Computing
Sytem, University of Alberta, Edmonton, Alberta, Kanada, pada tahun 1989
menganalisa panjang tahun tropis dalam jangka panjang, seratus ribu tahun.
Sayangnya analisis itu mendapatkan kritik, karena tidak memperhatikan batas
keberlakuan rumus Simon Newcomb.
Kalau kita
lihat dari beberapa gagasan penyempurnaan diatas, terutama gagasan dari Pram
Viet Trinh, jelas bagi kita bahwa gagasan tersebut mengabaikan variasi dari
panjang tahun tropis yang menurut penelitian dan kenyataan yang ada; panjang
tahun tropis tersebut semakin pendek, misalkan pada awal tahun masehi setahun
terdiri dari 365,2431 hari ephemeris dan pada tahun 2000 yang lalu menjadi
365,2422 hari ephemeris Dan saya memprediksikan bahwa kalender Gregori 10000
tahun yang akan datang tidak akan terpaut 3 hari dengan panjang tahun tropis, tetapi
lebih dari 3 hari.
Oleh karena
itu diharapkan gagasan penyempurnaan atau reformasi kalender Gregori harus
memperhitungkan presesi bumi dan perlambatan rotasi bumi yang menjadi faktor
utama adanya variasi panjang tahun tropis, sehingga seluruh manusia di dunia
ini tidak sering kebingungan untuk bersepakat terhadap sistem kalender kosmos
yang berlakunya bersifat universal.
Untungnya menurut hasil telaah berdasarkan pengetahuan
perlambatan rotasi bumi dan dinamika presesi bumi oleh Kazimiers Borkowski (1991)
dari Torun Radio Astronomy Observatory, Nicolaus Copernicus University, Torun,
Polandia mengenai 1 tahun tropis yang di kaji ulang olehnya untuk jangka
panjang; Disimpulkan bahwa belum ada
persoalan yang serius mengenai kesalahan tahun tropis kalender Gregorian sampai
tahun 4000 M.
Jadi kita patut bersyukur, karena presesi dan perlambatan rotasi
bumi tidak terlalu cepat bagi ukuran peradaban manusia, kalau tidak ummat
manusia akan sering kebingungan untuk bersepakat terhadap sistem kalender
kosmos yang bersifat universal.