Bapak: Sang Motivator Sejati
Sejak kecil, Bapak mengajarkanku berbagai hal dengan penuh perhatian. Beliau menunjukkan cara menyangkul yang benar, cara mengolah padi dengan baik, dan cara memilih daun terbaik untuk pakan ternak kesayangannya. Jika aku melakukan kesalahan, Bapak tidak segan menegur dengan tegas, sambil membimbing dan mengajarkan bagaimana seharusnya hal itu dilakukan. Semua selalu menurut versinya yang dianggap paling benar.
Cara kerja Bapak berbeda dengan kebanyakan orang. Jika orang lain cenderung memilih cara yang sederhana, Bapak justru selalu detail, rapi, profesional, dan penuh tanggung jawab. Dalam pandanganku, Bapak adalah seorang "Insinyur Pertanian" yang memahami teori sekaligus praktek, meskipun tanpa gelar akademik Ir.
Ketika matahari tepat di atas kepala dan saat istirahat di tengah sawah, aku sering melihat Bapak duduk melepas lelah. Peluh membasahi tubuhnya, sambil meneguk air dan menghisap rokok lintingan. Dalam momen itu, Bapak tak pernah lupa menyisipkan nasihat, seringkali melalui bait lagu Rhoma Irama:
Berakit-rakit ke huluBerenang ke tepianSakit-sakit dahulu, susah-susah dahuluBaru kemudian bersenang-senang
Tiga bait lagu itu selalu Bapak sampaikan, terutama saat aku ikut bersamanya ke sawah di masa kecil. Kala itu, aku hanya memahami lagu itu sebagai ungkapan semangat dalam bekerja. Namun, di waktu lain, Bapak menggunakan bait yang sama untuk memotivasiku dalam belajar. Selama lebih dari delapan puluh enam tahun, Bapak menjadi sosok teladan yang penuh inspirasi. Dialah motivator sekaligus penyemangat hidupku, dan tak ada yang bisa menggantikan peran Bapak dalam memberikan teladan hidup yang luar biasa.
Bapak: Tegar dan Tanggung Jawab
Bapakku adalah sosok yang tegar dan penuh tanggung jawab. Di usia senjanya, ketika anak-anaknya telah mandiri dan menghidupi keluarga masing-masing, ia tetap dengan tulus menafkahi mamak tanpa mengeluh. Baginya, memastikan mamak tetap tercukupi dan bahagia adalah tanggung jawab yang tak pernah pudar meskipun tugasnya sebagai orang tua telah selesai. Keteguhan hati dan pengorbanannya adalah teladan nyata tentang cinta dan tanggung jawab yang tak mengenal batas waktu.
Bapak: Lintingan dan Kopi Hitam
Rokok lintingan khas racikan Bapak, yang terdiri dari tembakau, cengkeh, dan kemenyan, menjadi teman setia dalam setiap langkah hidupnya. Di mana pun dan kapan pun, rokok lintingan ini selalu hadir menemani, disiapkan dengan telaten dan disimpan rapi dalam plastik kecil bersama korek api, terselip di sakunya. Kebiasaan sederhana ini telah menjadi ciri khas Bapak, mencerminkan kepribadiannya yang apa adanya dan caranya menikmati hidup dengan hal-hal yang ia sukai. Tak hanya itu, kopi hitam juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya. Kebiasaannya menuangkan air panas kembali ke cangkir kopi yang sudah habis diminum menunjukkan gaya hidupnya yang unik dan penuh kesederhanaan, namun sarat makna.
Bapak: Ahli Ibadah dan Sholat Berjamaah
Bapak adalah sosok yang sangat rajin dalam beribadah, baik berpuasa, membaca al-Qur'an, maupun melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Di masjid, Bapak memiliki tempat khusus yang selalu ia tempati, yaitu di pojok kanan pada shaf pertama—tempat yang seolah menjadi identitasnya di antara para jamaah. Ketika Bapak tidak hadir karena sakit, suasana masjid terasa berbeda. Teman-teman jamaah kerap merasa kehilangan dan bertanya-tanya, "Mana Bapak? Kok tidak kelihatan ikut shalat berjamaah?" Kehadiran dan kebiasaan Bapak di masjid ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang di sekitarnya.
Kenangan tentang almarhum Bapak masih terlintas jelas dalam ingatan, mulai dari saat beliau terbaring sakit di RSUD Urip Sumoharjo hingga akhirnya dikebumikan di liang lahat. Air mata tak tertahan mengalir, namun dalam hati aku terus beristighfar, mencoba menguatkan diri. Sebab, di tengah rasa kehilangan yang mendalam, ada Mamak yang harus kuperkuat hatinya dan kujaga langkahnya di usianya yang kini telah senja. Kesedihan kehilangan Bapak begitu mendalam, namun lebih pilu rasanya ketika tak selalu bisa menemani Mamak di kala ia sendirian. Perasaan ini menjadi pengingat untuk tetap tegar, demi menjaga amanah Bapak untuk merawat Mamak sebaik-baiknya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa almarhum Bapak, lapangkan kuburnya, dan tempatkan beliau di surga-Mu. Berikan pula kekuatan dan kesabaran kepada Mamak serta keluarga yang ditinggalkan. Aamiin.
Nama : Tugiman bin Wiryodimejo
Lahir : Kebumen, 16 Juni 1938
Wafat : Gunung Besi, 11 Nopember 2024