Setiap suapan makanan yang kita nikmati melalui mulut adalah anugerah yang begitu berharga, namun sering kali terlupakan. Proses makan dimulai saat makanan masuk melalui mulut, bertemu dengan lidah yang mengunyah dan merasakan berbagai cita rasa—manis, asin, asam, atau gurih. Lidah menjadi pintu utama yang memungkinkan kita menikmati kelezatan makanan, sementara gigi dan rahang bekerja bersama untuk menghaluskan setiap suapan. Setelah itu, makanan melewati tenggorokan dan meluncur ke perut, di mana semua rasa berhenti, dan yang tersisa hanyalah rasa kenyang.

Nikmat makan sebenarnya begitu singkat, hanya satu jengkal tangan kita. Tidak peduli seberapa lezat atau semahal apa pun makanan yang kita makan, akhirnya semuanya bermuara di dalam perut, memberikan rasa kenyang yang sama. Begitu sederhana perjalanan nikmat itu, namun ia adalah sesuatu yang sangat berarti.

Saya teringat almarhum Bapak ketika beliau dirawat di rumah sakit. Kondisinya yang semakin melemah membuat beliau harus menggunakan selang nasogastrik (NG), sebuah tabung fleksibel dari plastik atau karet yang dimasukkan melalui hidung, melewati kerongkongan, hingga ke dalam perut. Selang ini dipasang untuk memastikan nutrisi tetap masuk ke tubuhnya, karena beliau sudah tidak lagi mampu makan dan minum seperti biasa. Tidak ada lagi rasa makanan yang dapat beliau nikmati, tidak ada lagi kelezatan yang terasa di lidah, ataupun kenikmatan mengunyah makanan kesukaan. Semua harus beliau lalui dengan keterbatasan dan penuh perjuangan.

Pengalaman itu mengajarkan saya satu hal, betapa sering kita lupa bersyukur atas nikmat yang begitu kecil namun sangat berharga. Cobalah sejenak bayangkan orang-orang yang berada di ruang ICU Rumah Sakit. Banyak dari mereka yang tidak lagi merasakan nikmatnya makan melalui mulut. Bahkan sekadar merasakan makanan menyentuh lidah adalah kemewahan yang tak lagi mereka miliki.

Selama kita masih bisa menikmati makanan yang masuk melalui mulut, merasakan setiap rasa yang menyentuh lidah, dan mengunyah dengan sempurna, kita harus mengingat bahwa itu adalah karunia dari Allah yang tak ternilai harganya. Bersyukurlah, bukan hanya dengan ucapan, tapi juga dengan menjaga nikmat tersebut. Makanlah secukupnya, hindari hal-hal yang merusak tubuh, dan jangan pernah lupa untuk berbagi nikmat kepada mereka yang kurang beruntung. Karena pada akhirnya, nikmat sekecil apapun adalah ujian, sejauh mana kita menyadari, menghargai, dan mensyukurinya.