A. Latar Belakang Masalah
Hampir
semua jenis ilmu pengetahuan, baik natural sciences
maupun social sciences bahkan religious
sciences, selalu mengalami apa yang disebut dengan shifting
paradigm (pergeseran gugusan pemikiran keilmuan). Kegiatan
ilmu pengetahuan selamanya bersifat historis, lantaran dibangun, dirancang, dan
dirumuskan oleh akal budi manusia yang juga bersifat historis. Sehingga, sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan, pergeseran, perbaikan, perumusan kembali,
serta penyempurnaan rancang bangun epistemologi keilmuan. Jika tidak demikian,
maka kegiatan keilmuan akan mandeg dengan sendirinya alias bersifat statis.
Studi
falak yang mulai disejajarkan dengan studi
astronomi merupakan salah satu ciri kemajuan dan pergeseran
keilmuan. Namun dalam perjalanannya ilmu falak yang berkembang saat ini lebih
fokus pada “falak syar’i” yang hanya menyangkut masalah ibadah (arah kiblat, awal
bulan, waktu sholat, dan gerhana) dan kurang memperhatikan “falak ‘ilmi”
sebagaimana yang dikembangkan umat Islam pada abad pertengahan yang pernah
mencapai kejayaan.
Hal
tersebut dipengaruhi pula oleh literature ilmu falak klasik yang terkesan sakral
dan ‘ubudiyah. Sehingga studi falak klasik terkesan usang, kuno dan
ketinggalan zaman. Karena terkesan sakral, sehingga tidak dapat diubah,
dikembangkan, diperbaiki, dirumuskan ulang, disempurnakan sesuai dengan
semangat zaman yang mengitarinya.
Padahal,
studi falak dalam arti kegiatan keilmuan nuansanya demikian kaya sehingga
bersifat fallibilism of knowledge
dimungkinkan untuk dapat diubah, dikembangkan, diperbaiki, dirumuskan ulang,
disempurnakan sesuai dengan semangat zaman yang mengitarinya dan tidak bersifat
statis.
Dari
latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi core problem dalam
makalah ini adalah: bagaimana gerak,
bentuk dan ukuran bumi menurut al-Biruni dalam kitab al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> dan
sejauhmana eksistensi kitab al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> dalam
perubahan dan perkembangan ilmu astronomi.
B.
Pembahasan
1. Sketsa Biografi
Al-Biruni[1] demikian sapaan akrab seorang
ulama yang juga saints terkenal sebagai pakar astronomi Islam dengan karya
monumentalnya al-Qa>nu>n al-Mas'u>di>. Nama
lengkap al-Biruni adalah Abu Raihan
Muhammad Ibnu Ahmad al-Biruni.[2] Dalam sumber lain tertulis
Abu Raihan Muhammad Al Bairuni. Akibat dari penguasaan beliau terhadap
pelbagai disiplin ilmu pengetahuan, al-Biruni mendapatkan julukan dari orang-orang
yang tinggal di wilayah Biruni sebagai “Ustadz fil ‘ulum” atau guru
segala ilmu, al-Biruni
juga merupakan tokoh dasar dalam sejarah ilmu pengetahuan dunia. Sehingga tidak
heran jika ilmuawan modern menyebut al-Biruni sebagai professor par exellence karena
beliau tampak lebih menonjol dalam banding
keilmuan pada masanya. Al-Biruni terlahir menjelang terbit fajar pada 4
September 973 M di kota Kath –sekarang adalah kota Khiva– di sekitar wilayah
aliran Sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan).
Al-Biruni mewariskan ratusan karya ilmiah, diantaranya yang masih
terekam sejarah adalah al-Asrar al-Baqiyah `an Qurun al-Khaliyah
(tentang rahasia abad silam atau kesan-kesan lama peninggalan
sejarah), Maqalid `Ilm al-Hayah (tentang ilmu
perbintangan), “Al-Jamahir fi Al-Jawahir” tentang batu-batu permata; Al-Tafhim
Li Awali Sina‘ati Al-Tanjim, Al-Jamahir, dan “Al-Saidalah fi Al
Tibb”, tentang obat-obatan. Karya ilmiah al-Biruni tentang sejarah Islam telah
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan judul “Chronology of Ancient
Nation”. Masih banyak karya ilmiah al-Biruni yang diterbitkan di Eropa dan
tersimpan dengan baik di Museum Escorial, Spanyol.
Pada usia 75 tahun al-Biruni wafat di Ghazna, 3 Rajab 448/13 Desember
1048. Al-Biruni wafat di usia 75 tahun
tepatnya pada 13 Desember 1048 M di kota Ghazna. Untuk mengenang jasa-jasa
al-Biruni dalam bidang astronomi, para astronom mengabadikan nama al-Biruni di salah satu kawah bulan.
2. Sekilas Tentang Kitab al-Qa>nu>n al-Mas'u>di>
Al-Biruni memberi perhatian besar terhadap perkembangan ilmu astronomi.
Pada
tahun 1030 M, al-Biruni menulis sebuah ensiklopedi astronomi berjudul al-Qa>nu>n al-Mas'u>di>. Karya
tersebut dipersembahkan secara
khusus kepada Sultan Mas`ud bin Mahmud. Ia adalah seorang penguasa Gaznawi yang
memerintah pada tahun 1030-1040. Al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> merupakan karya al-Biruni paling lengkap dalam ilmu
astronomi yang dijadikan buku pedoman oleh astronom selama berabad-abad.
Dari karya al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> tersebut
Sultan Mahmood Al-Ghaznawi menghadiahkan
seekor gajah yang bermuatan penuh dengan perak. Namun, al-Biruni
mengembalikan hadiah yang diterimanya
itu ke kas negara. Sebagai bentuk penghargaan, Sultan Mahmood
Al-Ghaznawi juga
menjamin Biruni dengan uang pensiun yang bisa membuatnya tenang beristirahat
serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Sultan Mahmood
Al-Ghaznawi juga mengusulkan agar al-Biruni menjadi ulama istana.
Secara singkat,
al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> merupakan
ensiklopedi astronomi yang paling lengkap dan best seller pada masa Sultan
Mahmood Al-Ghaznawi. Kitab tersebut berisi penjelasan
matematika tentang percepatan gerak planet, perhitungan jarak antara bumi dan
matahari, dan hukum gravitasi bumi.
3. Memahami Terminologi Astronomi
Al-Biruni memperkenalkan istilah-istilah astronomi
dengan menggunakan bahasa Arab. Menurut al-Biruni, sesungguhnya bola langit itu
tidak ada sama sekali dan hanya bersifat imaginatif yang tidak lain karena
ruang cakrawala ini amat sangat luas, sehingga bola langit itu dianggap ada,
sekedar untuk memudahkan penyelidikan-penyelidikan di angkasa raya, sehingga
benda-benda langit itu dapat dinyatakan lebih mudah dimana letaknya dan
bagaimana hubungannya satu sama lain.
Adapun
bola langit yang dianggap ada itu adalah ruangan yang maha luas yang berbentuk
bola yang dapat dilihat sehari-hari tempat matahari, bulan, dan bintang-bintang
bergeser setiap saat. Bintang-bintang itu terlihat seolah-olah berserak
disebuah kulit bola sebelah dalam, walaupun letak sesungguhnya adalah sangat
berjauhan sekali. Sebenarnya yang terlihat sehari-hari itu adalah separoh bola
saja, sedangkan separoh lagi tidak dapat dilihat pada saat yang sama, karena
pemandangan terhalang oleh Bumi.
Menurut
al-Biruni, bumi merupakan satu titik saja dipusat bola langit dan titik pusat
bola langit posisinya berimpit dengan titik pusat bumi. al-Biruni memperkenalkan
beberapa istilah-istilah astronomi dalam bahasa arab antara lain:
1. سمت
الراءس atau biasa disebut dengan istilah zenith,
yaitu titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui seorang pengamat
dengan bola langit di atas kaki langit.
2. سمت
القدم biasa disebut dengan istilah Nadir
adalah perpotongan antara garis vertikal yang melalui seorang pengamat dengan
bola langit di bawah kaki langit. Tiap tempat dibumi memiliki garis
vertikal, zenith, dan nadirnya masing-masing.
3. Ufuk Hissi atau Horizon semu adalah
bidang yang rata yang menyinggung bumi yang dapat kita tarik dari tempat kita
berdiri (antara kaki kita dengan tanah). Bidang ini tegak lurus dengan garis
vertikal.
al-Biruni
juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ketinggian itu adalah sesuatu yang
dihitung dari atas kepala sampai obyek yang dimaksud dan semakin menjauhi pusat
bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan kerendahan adalah sesuatu yang dihitung
dari bawah kaki sampai obyek yang dimaksud.
4. Gerak
Bumi dan Tatanan Heliosentris Menurut al-Biruni
al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> adalah
sebuah kitab yang
mengkaji tentang matahari sebagai pusat tata surya yang dikelilingi berbagai
benda langit. al-Biruni menyusunnya sekitar tahun 1030 M. al-Biruni merupakan
astronom Islam pertama yang menolak adanya teori geosentris yang
dikemukakan oleh Ptolomeus, al-Biruni menganggap bahwasanya teori geosentris
tidak masuk akal, sehingga al-Biruni menulis
karya ini untuk mendeklarasikan teori baru tentang matahari sebagai pusat
peredaran benda-benda langit.
Pada
hakikatnya sebagian besar ilmuwan Timur sebelum al-Biruni masih melanjutkan
pengembangan gagasan ptolomeus. Misalnya “Bumi tidak bergerak dari
tempatnya, tidak pula bergerak di tempatnya”. Secara rinci dari pengamatan
dan perhitungan pribadinya, al-Biruni meragukan pernyataan tersebut. al-Biruni
mengemukakan konsepnya sendiri tentang kemungkinan gerak bumi. al-Biruni menyatakan
secara tegas bahwa;
“Ajaran bahwa bumi itu diam adalah satu diantara dasar penting
astronomi, dogma para astronom Hindu, tetapi ini memberikan banyak kesukaran
berat”
Membuat analisis apakah bumi bergerak dan dalam
arah bagaimana bergerak atau tidak bergerak, al-Biruni mengutip pendapat
astronom Hindu terkenal yaitu Brahmagupta;
“Para pengikut Aryabhata berpendapat bahwa Bumi bergerak,
langitlah yang diam. Orang-orang berusaha menolak dengan alasan, andaikata
demikian adanya maka batu-batu dan pohon-pohon akan berlepasan dari tanah.”
Biruni menambahkan lebih lanjut;
Brahmagupta tidak setuju dengan mereka dan mengatakan bahwa itu
(berlepasan), Sama sekali bukanlah akibat dari teori mereka, kiranya karena
(Brahmagupta) berpikir bahwa semua benda ditarik kearah pusat bumi. Brahmagupta
sendiri menulis: sebaliknya, kalau saja keadaanya demikian maka bumi tidak akan
dapat mempertahankan gerakan beraturan dan gerakan semacam ini, yang terikat
dalam kesesuaian penuh dengan berbagai posisi-posisi benda langit.
al-Biruni
menerima sepenuhnya pendapat Brahmagupta tentang tarikan benda-benda ke pusat
bumi. Semua elemen (benda) mengarah ke pusat bumi dengan kecepatan yang sama.
Alasan bahwa benda yang berat jatuh lepas cepat ke bumi daripada yang ringan
adalah karena adanya hambatan dari udara. Para astronom terkenal yang baru maupun
yang kuno secara serius mempelajari persoalan putaran bumi tetapi sambil
berusaha menolak fakta bahwa bumi itu bergerak.
Dalam al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> al-Biruni membuktikan bahwa bentuk bumi adalah
bulat, bumi berputar mengelilingi matahari dan bulan berputar berdasarkan garis
edarnya mengelilingi bumi. Pembuktian-pembuktiannya ini dilakukan al-Biruni
hampir enam abad mendahului pembuktian yang dilakukan oleh ilmuwan barat. al-Biruni
mendahului para astronom di dunia, alam menemukan gerakan poros bumi yang
berputar condong, dan gerakan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam satu
tahun. al-Biruni mengemukakan konsep kekuatan grafitasi bumi, yang merupakan
satu bukti bahwa bumi berputar pada porosnya. Buktinya ada malam dan siang dan
kita lihat matahari, bulan, dan bintang-bintang terbit di timur dan terbenam di
barat. Benda yang ada di bumi tidak merasakan gerak rotasi tersebut, karena
efek gaya gravitasi yang menarik semua benda tetap berada di permukaan bumi
lebih dominan daripada efek gerak rotasi bumi tersebut.
Gravitasi
adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai
massa di alam semesta. Bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda disekitarnya, termasuk
makhluk hidup, dan benda benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga
menarik benda-benda yang ada diluar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda
angkasa laiinnya, termasuk satelit buatan manusia.
Dalam kitab
yang menjadi magnum opusnya, al-Biruni membuktikan bahwa bintang bergerak
mengelilingi poros rasi bintang. al-Biruni menentukan letak 1024 bintang; al-Biruni
meletakkan secara cermat masing-masing bintang itu pada galaksinya. al-Biruni
menjelaskan secara matematis tentang gerakan planet-planet. al-Biruni
menghubungkan gerakan planet-planet itu dengan gerakan bumi di sekitar
matahari, dan batas akhir lingkaran bumi. al-Biruni mengukur jumlah hari dalam
setahun, memperkenalkan musim-musim yang dilalui dalam setahun, pergantian
musim dan al-Biruni menentukan waktu-waktu terjadinya musim ini.
5. Analisis
Dari uraian singkat di atas, dapat dianalisis dengan menggunakan
pendekatan astronomis bahwa, bumi
adalah planet ketiga dari Matahari, yang mengorbit Matahari pada jarak 149 juta
km. Waktu bagi Bumi untuk mengorbit Matahari adalah sekitar 365,2564 hari,
sedangkan satu putaran rotasi terhadap porosnya adalah 23,9345 jam dengan sumbu
putaran rotasinya membentuk terhadap sumbu putar Matahari. Bumi berbentuk pepat
dengan jari-jari kutubnya 6356,8 km dan jari-jari ekuatornya 6378, 2 km. Bumi
mengorbit dengan lintasan elips, sehingg jarak matahari dan bumi selau berubah.
Titik terdekat dinamakan perihelion dan titik terjauhnya aphelion
yang jaraknya 5 juta km.
Perihelion dicapai oleh Bumi setiap tanggal 4
Januari, sedangkan titik Aphelion dicapai setiap tanggal 5 Juli. Jika
diambil dua titik tetap yang berbeda untuk menentukan lamanya periode Bumi
mengelilingi Matahari, maka akan diperoleh dua macam tahun, yakni: Tahun
Sideris dan Tahun Tropis. Tahun sideris adalah periode revolusi Bumi
mengelilingi Matahari satu putaran elips penuh yang lamanya 365,2564 hari,
sedangkan tahun tropis adalah periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari
relatif terhadap titik musim semi yang lamanya adalah 365,2422 hari. Jadi,
perbedaan antara tahun sideris dan tahun tropis adalah sekitar 20m24d. Kalender
Masehi yang digunakan sekarang dibuat berdasarkan tahun tropis yang dikenal
dengan sistem gregorius yang mana Satu tahun rata-rata kalender surya Gregorius
adalah 365, 2425 hari.
Atmosfir Bumi 78%-nya berupa nitrogen,
21% oxigen, dan 1%-nya adalah campuran gas lain. Bumi adalah satu-satunya
planet yang punya makhluk hidup. Perputaran rotasi dan besarnya kandungan
besi-nikel di intinya menghasilnya medan gravitasi yang besar. Bumi memiliki
sebuah satelit yakni bulan. Bulan merupakan satelit alam Bumi yang berperan
menjaga keseimbangan lingkungan Bumi, karena pasang surut ditentukan oleh
posisi Bulan terhadap Bumi. Bulan bergerak mengelilingi bumi, dan waktu yang
dibutuhkan untuk satu putaran adalah 29,5 hari.
6.
Kesimpulan
Konsep tentang bumi sebagaimana yang
dituturkan al-Biruni dalam al-Qa>nu>n al-Mas'u>di> dapat memberikan
kesimpulan dasar bahwa al-Biruni telah mengkaji tentang struktur dan sistem
bumi. Pada awalnya al-Biruni menyimpulkan bahwa sistem geosentris dan
heliosentris alam semesta dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala
astronomi dengan keberhasilan yang sama. Tetapi kemudian al-Biruni dengan teguh
berpihak pada sudut pandang sistem heliosentris. Para astronom terkemuka
seperti Hasan Ali marakhsi (abad ke 13), Abu Ali Birdjanji (abad ke 16) dan
yang lainya berkali-kali menyatakan bahwa otoritas ilmiah ilmuwan besar seperti
Ptolomeus, ar-Razi, Ibnu sina tidak diragukan berpihak pada faham geosentrisme
dan menganggap bahwa bumi tidk bergerak, al-Biruni dengan keilmuannya telah
memberanikan diri meragukan kebenaran otoritas ilmuan besar tersebut yang
mengacu pada faham geosentrisme, bahkan al-Biruni semangat mengkampanyekan
kebenaran ajaran heliosentrisme. *wallahu’alam!
7.
Daftar
Pustaka
Abd Hanan. Nataresmi, Perjalanan Kosmos
Memahami Alam Semseta, Surabaya: Selasar, 2009.
Bammate, Haidar, Kontribusi Intelektual Muslim terhadap Peradaban Dunia
(judul asli: Muslim Contribution to Civilization) Jakarta: Darul Falah, 2000.
Djamaluddin, Thomas, Menjelajah
Keluasan Langit Menembus kedalaman Al-Qur'an, Khazanah Intelektual, 2006.
----------------------------, Bertanya
Pada Alam: 13 Worthy Facts to Know, Bandung:
Shofiemedia, 2006.
Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993,
hlm. 254.
Ensiklopedi Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah: Penerbit
Djambatan, 1992, hlm. 175.
Ensiklopedia Mukjizat AL-Qur’an dan Hadis, Juz 9 Kemukjizatan Alam Semseta, Sapta
Santosa, 2008.
Endarto. Danang, Pengantar Kosmografi,
Surakarta: UNS Press, 2006.
Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis
Abad Keemasan Islam, Surabaya:
Risalah Guti, 1995.
Nyoman Suwitra, Astronomi Dasar, Malaysia:
IKIPN Singaraja, tt.
Purwanto. Agus, Pengantar Kosmologi,
Surabaya: ITS Press, 2009.
Radiman, Iratius, Ensiklopedi-Singkat
Astronomi dan Ilmu yang Bertautan, Bandung: ITB, 1980.
Said. Hakim, al-Biruni; His Times, Life
and Works, Pakistan: Hamdard Academy, 1981.
Thaha, Ahmadie, Astronomi dalam Islam, Surabaya:
Bina Ilmu, 1983.
Wisesa. Hendra, Serba-Serbi Bumi,
Yogyakarta: Gara Ilmu, 2010.
[1] Nama al-Biruni diperolehnya karena al-Biruni lahir dan tinggal di pinggiran
kota Khawarizmi. Bagian kota yang
ditinggalinya itu khusus diperuntukkan bagi orang-orang asing. Dalam bahasa
Khawarizmi orang asing disebut bi>ru>ni. Lihat Ensiklopedi Islam,
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, hlm. 254.