Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik, ekonomi, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh masyarakat setempat yang telah meng akar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa lagi diganti.
Jadi, kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-sama menikmati status, kondisi, atau kedudukan yang setara, sehingga terwujud secara penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan di segala aspek kehidupan.
Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,keserasian, keselarasan, keutuhan, baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya. Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekadar mengatur keadilan gender dalam masyarakat, tetapi secara teologis dan teleologis mengatur pola relasi mikrokosmos (manusia), makrosrosmos (alam), dan Tuhan. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban sama dalam menjalankan peran khalifah dan hamba. Tidak ditemukan ayat Alquran atau hadis yang melarang kaum perempuan aktif di dalamnya.Sebaliknya, Al-Qur`an dan hadis banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni berbagai profesi.
Di dalam ayat-ayat Alquran maupun sunah Nabi yang merupakan sumber utama ajaran Islam, terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia dulu, kini, dan akan datang. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan, keadilan, kemerdekaan, kesetaraan, dan sebagainya.
Berkaitan dengan nilai keadilan dan kesetaraan, Islam tidak pernah menolerir adanya perbedaan atau perlakuan diskriminasi di antara umat manusia. Gender adalah pandangan atau keyakinan yang dibentuk masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkah laku maupun berpikir.
Misalnya, pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai memasak, pandai merawat diri, lemah-lembut, atau keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk yang sensitif, emosional, selalu memakai perasaan. Sebaliknya, seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala rumah tangga, rasional, tegas, dan sebagainya. Singkatnya, gender adalah jenis kelamin sosial yang dibuat masyarakat, yang belum tentu benar.
Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan paling terhormat. Manusia juga diciptakan mulia dengan memiliki akal, perasaan, dan menerima petunjuk. Oleh karena itu, Alquran tidak mengenal pembedaan lelaki dan perempuan karena di hadapan Allah SWT, keduanya punya derajat dan kedudukan yang sama.
Menurut Nasaruddin Umar dalam Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan (2000), ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Alquran. Yakni, dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal.
Kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al'ard) dite- gaskan dalam QS al-An'am (6:165) dan dalam QS al-Baqarah (2:30). Kata khalifah tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu. Baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama seba gai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi.
Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam QS al-A'raf (7:172), yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.
Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti untuk dua orang (huma). Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: QS Ali Imran (3): 195; QS an-Nisa (4): 124; QS an-Nahl (16): 97.
Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal.
Kesimpulan kecilnya, dalam diri seorang lelaki ada seribu jiwa wanita.
Sebaliknya, dalam diri seorang perempuan terdapat sejuta jiwa laki-laki.
Masih pentingkah memperingati Hari Ibu yang di dalam diri ibu sendiri terdapat banyak jiwa bapak?
Sumber : REPUBLIKA, 23 Desember 2013, Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PBNU,)